LAPORAN AKSI NYATA MODUL
1.4
IMPLEMENTASI
BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH MELALUI KESEPAKATAN KELAS
NIZAR ANWAR, S.Pd.
CALON GURU PENGGERAK ANGKATAN 4
SD NEGERI 2 JAMPIROSO KAB. TEMANGGUNG
1.1 LATAR BELAKANG
Budaya positif di sekolah merupakan sebuah
kesepakatan bersama yang diyakini bersama untuk dijalankan di sekolah. Budaya
positif sangat penting bagi siswa dalam mengembangkan kodrat mereka oleh karena
itu sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, sekolah yang ramah anak,
agar murid-murid merasa nyaman, merdeka, dalam mengembangkan dirinya dengan
penuh rasa tanggung jawab dan memiliki karekter yang sesuai dengan Profil
Pelajar Pancasila.
Disiplin positif yang selama ini
dijalankan masih model disiplin yang berpusat pada guru dan bukan berpusat
siswa, pada tahap ini guru belum menempatkan posisi sebagai manajer. Guru masih
sebagai penghukum, pembuat sisea merasa bersalah, dan pemantau. Kesadaran akan
disiplin belum berasal dari kesadaran diri namun berdasarkan karena katakutan
akan mendapat hukuman.
Untuk membangun budaya yang positif,
sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar
murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri,
dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah
bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Pembahasan
disiplin kali ini akan meninjau teori yang dikemukakan oleh Diane Gossen.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa
murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak
melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang mengontrol perilaku murid
tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang mengizinkan dirinya dikontrol.
Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid
tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki tujuan, bahkan
terhadap perilaku yang tidak disukai.
Penguatan positif atau bujukan adalah
bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi
suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol murid tersebut.
Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid tersebut akan menyadarinya dan
mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa jadi murid tersebut menjadi
tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk
mengontrol murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk merasa buruk
tentang diri mereka. Mereka mengembangkan dialog diri yang negatif. Kadang kala
sulit bagi guru untuk mengidentifikasi bahwa mereka melakukan perilaku ini,
karena seringkali guru cukup menggunakan suara halus untuk menyampaikan pesan
negatif.
Banyak orang dewasa yang percaya bahwa
mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal
tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada sebuah kemajuan
berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu pula, orang dewasa akan
menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu panjang,
dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.
1.2 DESKRIPSI AKSI NYATA
1.
Tujuan
a.
Menumbuhkan karakter murid dengan pendekatan humanis dan
bermakna positif bagi perkembangan murid.
b.
Membangun disiplin positif melalui penerapan budaya positif
sebagai konsekuensi logis dalam pembelajaran.
c.
Menyusun kesepakatan kelas sebagai bagian dari.
d.
Budaya positif sekolah.
e.
Menumbuhkan motivasi intrinsik murid untuk disiplin diri
sesuai dengan kesepakatan kelas.
2.
Tolak Ukur
a.
Tumbuhnya karakter murid dengan pendekatan humanis dan
bermakna positif sesuai perkembangan anak.
b.
Terbentuknya disiplin positif pada murid melalui penerapan
budaya positif sebagai konsekuensi logis.
c.
Adanya kesepakatan kelas sebagai bagian dari Budaya Positif
yang dikembangkan di sekolah.
d.
Murid memiliki motivasi intrinsik dalam membangun disiplin
dirinya.
3.
Linimasa Yang akan
Dilakukan
a.
Berkoordinasi dengan kepala sekolah, rekan guru, dan orang
tua murid terkait Budaya positif yang akan dikembangkan di kelas.
b.
Mengidentifikasi budaya positif yang akan dikembangkan di
kelas berdasarkan pendapat dari murid.
c.
Melakukan survey tentang ide murid dalam mencapai kelas
impian yang mereka inginkan.
d.
Mengambil kesimpulan dari ide-ide murid.
e.
Mengubahsuaikan ide-ide tersebut menjadi kesepakatan kelas.
f.
Refleksi (melihat kembali kontrak kesepakatan) ketika masuk
sekolah setelah libur, saat ada yang melakukan hal yang tidak sesuai dengan
kesepakatan, atau sebelum melakukan aktivitas baru.
g.
Evaluasi dan tindak lanjut pelaksanaan.
4.
Dukungan yang Dibutuhkan
a.
Sarpras : ATK, Ruang Kelas, Akses Internet
b.
Kepala Sekolah (memberikan fasilitas dan rekomendasi
kegiatan)
c.
Rekan Guru (koordinasi kegiatan yang sesuai)
d.
Murid (melaksanakan dan merefleksikan kegiatan)
e.
Orang Tua Murid (pendampingan program budaya positif
dirumah)
1.3 HASIL DARI AKSI NYATA
Adapun hasil dari kegiatan aksi nyata tentang Budaya Positif adalah
sebagai berikut:
a.
Terbentuknya kesepakatan kelas
yang mana adalah kesepakatan murid dalam satu kelas.
b.
Menguatnya kedisiplinan murid
yang ditunjukkan dengan selalu menjaga kebersihan kelas ketika kelas dalam
keadaan kotor, taat dalam penerapan protokol kesehatan, disiplin dalam
pengumpulan tugas-tugas kelas.
c.
Terpasangnya poster tentang
Kesepakatan Kelas.
d.
Menguatnya karakter positif
pada diri murid yang mengarah ke Profil Pelajar Pancasila.
1.4 PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN AKSI NYATA
Pembelajaran yang didapat dari tindakan dari aksi nyata budaya
positif adalah sebagai berikut:
a.
Adanya layanan segitiga
restitusi dalam upaya perwujudan kontrol pada posisi manajer sehingga
penyelesaian masalah dapat teratasi dengan sangat baik.
b.
Terjadinya interaksi antara
guru dengan guru lain dalam hal Budaya Positif guna mencapai visi melalui
pelaksanaan Budaya Positif.
c.
Terdorongnya motivasi murid
dalam Budaya Positif melalui kegiatan keyakinan kelas.
1.5 TANTANGAN
Tantangan terbesar dalam melaksankan Aksi
Nyata ini adalah koordinasi dengan orang tua murid yang sedikit terganjal
karena aktivitas dalam kegiatan sehari-hari seperti bekerja, mengurus rumah
tangga, dan kegiatan-kegiatan lainnya. Kemudian dari segi siswa tantangannya
adalah belum terbiasanya siswa membuat kesepakatan kelas kemudian kami sebagai
guru diharuskan untuk membimbing murid untuk membuat kesepakatan kelas yang
mana ini adalah hal pertama yang mereka laksankan.
1.6 PROGAM TINDAK LANJUT
CGP senantiasa melakukan refleksi dan
evaluasi program yang telah dijalankan untuk perbaikan ke arah yang lebih baik
lagi dari program yang sekarang. Kolaborasi dengan teman sejawat dan seluruh
warga sekolah serta dengan orang tua murid terus digalakan agar semua lebih
konsisten dalam melaksanakan kesepakatan kelas serta Budaya Positif di sekolah
sehinga mencapai visi Budaya Positif sesuai dengan yang telah diharapkan.
DOKUMENTASI
PELAKSANAAN AKSI NYATA IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI
SEKOLAH MELALUI KESEPAKATAN KELAS
SD NEGERI 2 JAMPIROSO KAB. TEMANGGUNG
1. Perencanaan Kegiatan Aksi Nyata
Aksi
Nyata 1 Perencanaan Mandiri
Aksi Nyata 2 Konsultasi Dengan Kepala Sekolah
2. Sosialisasi Dengan Warga Sekolah
Aksi
Nyata 3 Sosialisasi dengan rekan sejawat
Aksi Nyata 4 Sosialisasi dengan rekan sejawat
Aksi Nyata 5 Sosialisasi dengan murid
3. Berkolaborasi Dengan Rekan Sejawat Dalam Pelaksanaan Aksi Nyata
Budaya Positif
4. Membuat Kesepakatan Kelas
5. Pelaksanaan Budaya Positif di Sekolah
Menjaga kebersihan kelas
Musyawarah kelas menentukan jadwal
kebersihan dipimpin langsung oleh ketua kelas
Kegiatan tutor sebaya / menjadi mentor untuk teman
2 Komentar untuk "LAPORAN AKSI NYATA MODUL 1.4 IMPLEMENTASI BUDAYA POSITIF DI SEKOLAH MELALUI KESEPAKATAN KELAS"
Keren Pak Nizar. Keep up doing great job!
A stainless steel, titanium density housing for the Sega Genesis®
A stainless steel, titanium 170 welder titanium density housing for the Sega Genesis®, apple watch series 6 titanium a game cartridge titanium astroneer for Sega Genesis™. In-game titanium bike frame currency, micro hair trimmer a number of rounds,